Home Owner Freebies Tutorials Websites
Disclaimer Board

Hy haters please click Here

Chatter Box

Must put your name & url blog. Exchanges link opened, Tutorial request accepted & Be nice -Replace with your cbox codes-
Latest
  • It’s Just a Dream Saat sebuah impian menjadi ken...
  • <!--[if gte mso 9]> Normal 0 f...
  • <!--[if gte mso 9]> Normal 0 f...
  • <!--[if gte mso 9]> Normal 0 f...
  • Tentang hidup.
  • Cerita yang membuatku menang lomba
  • Cerita horor
  • <!--[if gte mso 9]> Normal 0 f...
  • Info paling baru!
  • <!--[if !mso]> v\:* {behavior:url(#default#VML);}...
  • Claps

    Template by:Farah Adriana
    With help:Fatin Hazwani /Wanaseoby /Nabila Medan
    Best view only in Google Chrome

    Entry updated on Senin, 24 Maret 2014
    Entry got 0 comments | Fly to top :3

    It’s Just a Dream
    Saat sebuah impian menjadi kenyataan. Saat suara hati itu tak lagi didengar. Kau akan menemukan sebuah dunia. Pejamkan mata. Rasakan sapuan-sapuan debu di wajahmu. Naik terus, hingga mencapai ambang batas imajinasi. Di mana kau akan menjadi seseorang yang sangat diharapkan.
    Berputar. Terus melaju. Hingga kau akan tiba di sebuah gerbang yang akan mengantarmu menjelajahi dunia asing dan separuh impianmu akan menjadi kenyataan.
    Itulah yang terjadi kepadaku. Sejak mendapat kabar bahwa aku diterima di Universitas Mugen, Tokyo. Saat itulah, aku memejamkan mataku. Menyaksikan jutaan warna-warna pelangi yang jatuh menghunjam tanah.
    Baiklah. Ini tidak lucu. Saat kubuka mata, aku berada di sebuah perpustakaan. Kuno. Itulah kesan pertama saat kujejakkan kaki di sini. Seorang wanita paruh 
    baya menghampiriku dan mengajakku berkeliling.
    “Buku-buku ini adalah sumbangan dari setiap manusia di muka bumi. Apa yang mereka pikirkan, akan langsung tercetak menjadi sebuah buku. Mungkin, kau ingin membaca?” Tawarnya sembari menyodorkan sebuah buku bersampul kekuningan.
    “Baiklah, madame.. Jika saya boleh tahu, di mana saya berada”
    “Apakah benar kau tidak tahu di mana kau berada?” Wanita di hadapanku terperangah. Aku berdeham dan menggeleng.
    “Kau ada di dalam dunia imajinasi, sayang. Dunia imajinasi adalah sebuah dunia yang hanya akan bisa kau temukan saat kau merasakan kebahagiaan yang super. Dan.. puf! Hanya dalam sekejap, kau akan tiba di sini”
    “Tapi...”
    “Jangan menyela ucapanku!”
    “Dunia imajinasi terdiri dari tiga tahapan. Dan kau ada pada tahapan pertama. Ingat. Baru tahapan pertama. Masih ada dua tahap lagi. Di mana kau harus mempertaruhkan semua mimpi-mimpimu. Hanya ada dua kata dalam dunia ini. Berhasil atau gagal!”
    “Apakah kau sudah paham, sweety?”
    “Ya. Aku sudah tidak sebingung saat awal tadi”
    “Baiklah. Mari kita berkeliling lagi”
    Kami berputar-putar sejenak dalam perpustakaan kuno tersebut. Kulihat aneka macam buku dengan warna sampul yang berbeda-beda, tertata rapi dalam sebuah rak yang menjulang tinggi hingga menyentuh langit-langit. Dinding-dinding cokelatnya sudah sangat kusam dan berdebu. Lantai marmer yang kuinjak pun dipenuhi debu.
    Sesaat kemudian, wanita paruh baya di hadapanku berhenti. Dia mencengkeram tanganku erat-erat.
    “Diam di situ, sayang!” Kemudian, dia mengambil sebuah buku tua yang sangat tebal. Dibawanya buku itu kepadaku.
    Saat buku tersebut dibuka, berjatuhanlah debu-debu dan laba-laba segala ukuran. Aku bergidik jijik. Tapi, wanita itu tidak. Dia seakan sudah benar-benar terbiasa.
    “Buku ini.. Oh, buku yang sangat terhormat. Buku ini berasal dari pemikiran-pemikiran seorang pengarang berkebangsaan Jepang. Ayumi Hitokinara. Nona Ayumi yang mulia, sepanjang hari berpikir. Menyempurnakan baris demi baris kalimat untuk buku ini. Dan saat buku ini selesai, penduduk dunia imajinasi menyambut dengan sukacita”
    “Di dalam buku ini, Nona Ayumi menuliskan segala tentang kehidupannya. Tentang apapun yang terjadi dalam hidupnya yang tidak semudah sangkaan orang-orang. Nona Ayumi sejak kecil harus menerima perlakuan kejam dari keluarganya. Balasan atas kehadirannya yang tak diharapkan”
    “Kau boleh memiliki buku ini, nak”
    Aku tertegun. Aku? Aku hanya seorang pendatang baru yang bahkan tidak mengenal apa-apa tentang dunia imajinasi. Bahkan, aku merasa bahwa aku belum pernah menyumbangkan satu ide pun untuk dunia imajinasi ini.
    Dan, seakan dapat membaca pikiranku, wanita itu menjawab 
    “Kau generasi kesepuluh dari Nona Ayumi. Dan, di akhir buku ini, Nona Ayumi berpesan, supaya buku ini diserahkan kepada generasinya yang kesepuluh. Generasi kesepuluh adalah generasi yang istimewa. Begitulah..”
    “Bolehkah kulihat tulisan tersebut?”
    Wanita paruh baya itu membuka halaman terakhir dari buku tebal tersebut dan menunjukkan sebuah tulisan kepadaku.
    KUSUMBANGKAN SELURUH PEMIKIRAN DAN IDE-IDEKU TERUNTUK GENERASIKU KE-SEPULUH.
    “Tapi.. tapi.. Aku belum pernah menyumbang satu ide pun untuk perpustakaan ini”
    “Omong kosong! Ayo ikut aku” Wanita itu menggandengku sambil membawa buku yang tebal tadi. Dia mengajakku ke sebuah rak. Di rak tersebut tertulis : 
    KHUSUS GENERASI NONA AYUMI.
    “Sebentar. Akan kucari terlebih dahulu” Tak lama, dia kembali ke hadapanku dan menunjukkan sebuah buku yang cukup tipis. Dengan sampul berwarna biru laut. Seperti warna mataku.
    “Ini buku tentang idemu. Dan, oh.. Kau sungguh tak suka berimajinasi” Aku hanya tersenyum kecil. Dan... saat kubuka bukuku itu, sirine di langit-langit perpustakaan berbunyi memekakkan telinga.
    Kulempar bukuku dan bersembunyi di bawah meja. Baiklah, baiklah... Terserah kalian mau menyebutku sebagai penakut atau apalah.Yang jelas, aku benar-benar ngeri.
    “Sudah saatnya kau masuk ke tahap kedua. Bawa buku ini, sayang!” Wanita tua itu menyerahkan buku tebal karangan Ayumi tersebut di tanganku. Lalu, dia mengangkat tubuhku dan melemparkan aku keluar.
    Oh! Aku melayang. Berputar. Menghunjam dengan kecepatan penuh. Aku tidak berani membuka mata. Dan yang kurasakan selanjutnya adalah... empuk. Ya. Empuk.
    Hei. Aku berada di kasur yang terbuat dari permen kapas. Dan kasur ini sungguh-sungguh besar! Juga empuk tentunya. Aku meraup sejumput permen kapas dan memakannya. Hmm.. Manis
    “Selamat datang di dunia imajinasi tahap dua, anakku...” Aku menoleh. Seorang perempuan cantik sedang tersenyum kepadaku. Lalu, memakaikan sebuah mahkota yang terbuat dari jalinan akar pohon dan tanaman rambat.
    “Ini mimpimu, kan?” 
    Aku memandang ke sekelilingku. Ya. Aku pernah berimajinasi seperti ini. Hebat! Sekarang aku benar-benar ada dalam mimpiku. Perempuan cantik itu mencium pipiku.
    “Kau generasi yang kesepuluh, Livia...”
    “Bagaimana kau tahu namaku?”
    “Aku cermin dari mimpimu. Kau harus paham akan hal itu” Lalu, perempuan itu mengajakku duduk kembali.
    “Lima menit lagi, kau akan sampai di tahap ketiga, dan kau akan segera pulang” Ucapnya.
    Saat aku hendak meraup sejumput permen kapas lagi, sirine kembali berbunyi. Aku mengernyitkan dahi.
    “Sudah lima menit?”
    “Memang. Di sini waktu berjalan lebih cepat” Perempuan cantik itu melepas mahkota di kepalaku, dan aku pun melayang seperti tadi. Aku tidak suka euforia semacam ini.
    ...
    Suara air bermain di telingaku.
    Aku tenggelam! Tolong.. Seorang gadis cilik menyelamatkanku. Dia menarkku menuju daratan. Aneh! Di dunia nyata, aku handal dalam menyelam. Tapi kini? Aku tenggelam? Itu mustahil!
    “Kak tidak apa-apa?” Tanya gadis yang menolongku. Aku terbatuk-batuk dan menatapnya.
    “Tidak apa-apa. Namamu siapa?”
    “Namaku Kalista, Kak Livia...” Ucapnya. Aku tersedak. Kalista bergegas. Menyingkirkan rambut yang masuk ke dalam mulutku.
    “Kak Livia ingin pulang?” Aku mengangguk. Kalista menggandeng lenganku lembut. Lalu, dia mengajakku menyelam. Tak lupa, kubawa serta buku karangan Ayumi.
    Gelombang pecah.
    Aku menyelam! Dan... Aku punya ekor! Kalista terus menggandeng lenganku menuju kastil di dalam air. Hei! Ada apa ini?
    Kami tiba di kastil tersebut. Seorang wanita yang begitu cantik menyambut kami. Dia menunduk. Memakaikan mahkota di kepalaku.
    “Kau adalah generasiku yang kesepuluh, Livia...Aku adalah Ayumi. Da, aku berpesan kepadamu untuk terus melanjutkan mimpi-mimpiku” Aku terbelalak. Inikah Ayumi Hitokinara?
    “Tapi, aku tak suka bermimpi”
    “Jangan lepas mahkota itu. Maka kau akan selalu punya persediaan ide yang penuh. Sekarang, bukalah pintu di sana. Dan... Pulang” Aku mengangguk. Sebelumnya, Ayumi memelukku erat.
    "Oh ya, satu lagi. Tetaplah dekap buku itu. Sampai perjalananmu berakhir. Jika buku itu terlepas, kau akan tersesat. Begitu kau tiba di tujuan, buku itu akan langsung hilang" Aku mengangguk sekali lagi. Ayumi tersenyum dan melepas pelukannya.
    Kemudian, aku berjalan mendekati pintu yang dimaksud. Sejenak, aku menoleh. Dan kulihat mereka semua. Warga dunia imajinasi, melambaikan tangan padaku. Aku tersenyum dan.. pulang.

    ...
    Itulah kisahku. Datanglah ke dunia imajinasi. Mungkin, kau adalah generasi Ayumi pula. Ingatlah. Ini hanya mimpi! Its just a dream.


    Entry updated on Senin, 17 Februari 2014
    Entry got 0 comments | Fly to top :3


    BUNGA MISTERIUS

    Sore ini, aku sedang momijigari ( jalan jalan sore saat musim gugur sambil menikmati daun daun berguguran ). Tiba tiba, di Taman Rosella, aku melihat sebuah pohon sakura dipenuhi daun daun dan bunga bunganya.

    " Lho, bukannya, setiap musim gugur itu semua tumbuhan berguguran?". Batinku. Karena penasaran, aku pun mendekati bunga tersebut. Tapi.... Sreett..!!'

    Tanganku ditarik dan aku menjerit. Sekuat tenaga. Tak lama kemudian, aku merasakan semuanya gelap. Namun.. Hei! Ada suara suara di sekelilingku. Mereka kelihatannya sedang saling berbisik.

     " Apakah dia sudah sadar?".

    " Belum. Kasihan dia. Aku tadi menariknya terlalu keras".

    " Seharusnya jangan keras keras".
    " Kepalanya sepertinya terbentur".

    " Aduuh.. kasihan sekali dia". Aku perlahan-lahan membuka mata karena penasaran. Aku terkejut saat melihat anak anak seumuranku berdiri di samping ranjang tempatku berbaring.

    " Hey, dia sudah sadar!". Serentak, semuanya menoleh ke arahku.

     " Oh. Perkenalkan, namaku Kirei. Kamu pasti masih kenal aku, kan?". Ucap salah seorang dari mereka.

    " Namaku Shizuka. Ingat aku?". Tanya seorang lagi. Satu persatu, mereka memperkenelkan diri. Masing masing selalu bertanya.

    " Apakah kau kenal aku?". Sungguh menyebalkan.

     " Aku tidak mengenal kalian". Jawabku. " Tak mungkin!".

    Bersambung

    Entry updated on
    Entry got 0 comments | Fly to top :3


    LITTLE DETECTIVE

    Aku adalah seorang gadis kecil dengan rambut yang selalu dikepang dua. Oya, aku bersekolah di Young detective's school.

    Suatu pagi, aku sedang berjalan jalan bersama Keyla dan Annisa. Dua orang sohibku. Di depan rumah milik Pak Joko, kami melihat kerumunan orang orang.

    " Love, love, itu ada apa, ya? Kok rame banget". Tanya Annisa padaku.

    " Ya enggak tau lah! Kita lihat aja, yuk!". Ajakku. Oya, ngomong ngomong, namaku memang Lovely. Lengakapnya, Flowery Lovely. Aneh, ya?
    Akhirnya, kami pun mendekat ke arah kerumunan tersebut. Tampaklah sesosok tubuh terbaring penuh luka. Ternyata, telah terjadi pembunuhan. Dan orang yang tewas tersebut adalah Pak Joko. Ha? Pembunuhan?
    ...

    Keesokan harinya, aku, Keyla dan Annis siap menyelidiki kasus pembunuhan Pak Joko. Kemarin, kami sempat tanya tanya di lokasi. Menurut hasil pertanyaan, pelaku membunuh pak Joko saat Pak Joko hendak mengambil minum.

    Aku, Keyla dan Annis telah siap dengan aneka macam perelngkapan yang mungkin akan kami perlukan.

    " Love, kira kira, apa yang akan kita selidiki nanti?". Tanya Keyla.

     " Ufmm.. Kita akan coba lihat dulu ke dapur. Ada sisa air atau tidak disitu". Jawabku seraya meneguk soft drink.

     " Terus? Kalau emang ada mau diapain?". Giliran Annisa yang bertanya. Aku menutup botol minumku

    " Udah lah, ikut aja! ". Ucapku.

    Akhirnya, kami sampai di Rumah Pak Joko. Rumah itu masih ramai. Seperti kemarin. Cuma, sekarang hanya warga yang melihat. Tidak ada anggora tim medis Rumah sakit ataupun polisi. Kami segera masuk ke dapur.

    Sesampainya disana, aku berlari menghampiri dispenser. Kulihat, tak ada bekas air disana. Ataupun darah.

    " Lho, kok aneh! ". Gumamku pelan. Aku mulai menerka nerka. Saat di Rumah, Pak Joko tidak sendirian. Anak semata wayangnya, Rezzie, juga di Rumah. Namun saat itu, Rezzie sedang mendengarkan earphone di kamar. Sehingga tidak mendengar apapun. Dan yang satu lagi tentu saja Mbak Ratih. Beliau mengaku sedang mencuci di kamar mandi yang letaknya agak ke depan. Tidak mungkin polisi yang membersihkan. Apalagi tim medis!. Sedangkan Kak Rezzie tidak bisa mengepel. Jikalau bisa pun tidak sebersih ini. Atau mungkin...

    " Ya! Pasti Pelaku yang mengepel ini! ". Teriak batinku

    bersambung

    Entry updated on
    Entry got 0 comments | Fly to top :3

    SATU KATA UNTUK SABILLA

    Sabilla adalah gadis kecil manis yang baik hati. Hidupnya mewah dan bergelimangan harta. Dia juga punya banyaaakk sekali teman yang setia. Hidup Sabilla mendekati sempurna. Tapi, memang benar kata pepatah. Tidak ada manusia yang sempurna.

     Sabilla menderita penyakit kanker otak. Penyakit ini mulai menyerang dirinya saat berumur lima tahun. Entah apa sebabnya. Karena penyakit ini pulalah yang membuat semangat dan prestasi Sabilla merosot drastis. Bukan karena dia malas belajar. Tapi, karena sabilla memang telah menemukan sebuah kegelapan abadi. Selain itu, jika dia memaksakan diri untuk menghafal, kepalanya akan sakit luar biasa.

    Tante Aini, Mama Sabilla, telah berusaha sekuat tenaga mencari pengobatan untuk putri semata wayangnya tersebut. Tapi...
    ***
    " Mama.. Kepala Sabilla sakit!". Erang sabilla dari kamarnya. Tante Aini yang sedang meracik obat untuk Sabilla, segera berlari menghampiri Putrinya.

     " Sabar, sayang.. Mama sedang meracik obat buat kamu". Ujar Tante Aini sambil mengelus kepala Sabilla.

    " Billa enggak mau minum obat itu lagi! Obat itu yang bikin kepala Billa pusing!". Teriak Sabilla.

    " Mungkin kamu salah makan. Atau, kamu menghafal lagi?". Tanya Tante Aini. Sabilla menggeleng.

    " Sabilla belum makan apa apa sejak sebelum tidur. Lagian, Sabilla juga enggak belajar apapun". Bantah Sabilla.


    Keesokan harinya, Tante Aini menemui dokter yang menangani Sabilla.

    " Dok, kenapa anak saya jadi sering pusing karena minum obat dari dokter ". Ujar Tante Aini.

    " Ah, saya tidak percaya ". Sahut Dokter Kyra. Kemudian, diperiksanya kembali kotak berisi obat obatannya.
    " Anak ibu minum obat ini, kan?". Tanya Dokter Kyra sambil mengacungkan salah satu obat. Tante Aini mengernyit.

    " Tidak! Anak saya minum obat yang... yang ini!". Teriak Tante Aini sambil mengacungkan salah satu obat. Seketika, dokter Kyra membelalakkan matanya.

    " Anak Ibu overdosis! Salah minum obat! Itu obat untuk penggugur kandungan". Jerit Dokter Kyra. Tante Aini menutup mulut tak percaya.

    " Jadi.. jadi.. apa efek samping dari kesalahan ini, dok?". Tanya Tante Aini.

     " Ada dua kemungkinan. Pertama, Anak Ibu tidak akan memiliki keturunan. Kedua, akan ada masalah dengan rahim Anak Ibu". Jawab Dokter Kyra.

    " Tapi, dok.. Sabilla masih kecil.. Dia masih kelas 5 SD. Perjalanan hidupnya masih panjang. Bagaimana, bagaimana dia akan menatap masa depannya dengan kondisi rahim yang tidak sempurna. Ya Allah, Billa..!!". Tante Aini terisak. Dokter Kyra ikut menundukkan kepala. Tapi ternyata, di balik tundukan kepala, terbersit seulas senyum puas.

    Begitu tiba di Rumah, Tante Aini menangis di taman. Sabilla yang melihat Mamanya menangis segera menghampri Tante Aini.

    " Mama kenapa? Kok nangis?". Tanya Sabilla. Tante Aini menoleh dan mengusap air matanya.

    " Enggak kenapa-napa kok, Billa.. Kamu tidur dulu, ya sayang.. ". Pinta Tante Aini.

     " Ha? Tidur lagi? Billa udah tidur dua jam, lho, ma!". Ujar Sabilla. Tante Aini tersenyum.

     " Tidur lagi aja enggak masalah, kan? Supaya pusing di kepala Billa sembuh". Jawab Tante Aini.

    " Uh, Mama ini! Yaudah deh.. Billa tidur dulu, ya.. Dah mamaku sayang!". Ucap Billa seraya mengecup pipi Mamanya. Kemudian, berlalu ke dalam. Tante Aini hanya mampu menatap kosong langkah Sabilla yang kian menjauh.

    Saat kanker semakin parah..

    Tak disangka, teman teman Sabilla datang ke Rumah dengan membawa aneka macam buah tangan. Ada buah buahan, buku cerita sampai boneka.

    " Sabilla, kamu harus kuat, ya! Aku yakin kamu bisa. Okay?". Ujar Keyla. Sabilla hanya tersenyum dan mengangguk.

    " Makasih, ya.. Kalian udah menyempatkan diri buat dateng jenguk aku". Kata Sabilla pelan.

     " Don't think again. ". Ucap Friza sambil menempelkan telunjuk di bibirnya.

    " FIGHT..!!". Teriak teman-teman Sabilla. Sabilla tersenyum. Tiba tiba, dia merasakan sakit yang teramat sangat. Ketika menyadari waktunya sudah dekat, Sabilla menatap Mama dan teman temannya.

    " Ber..te..mu dengan.. kali..an.. adalah hal terindah yang per.. nah.. ku.. da..pat..kan". Kemudian, Sabilla tersenyum untuk terakhir kalinya dan menutup mata. Tante Aini dan Teman teman Sabilla menangis sambl memeluk Sabilla erat.